Juni 17, 2013

jawaban untuk tanyaku

Diposting oleh Sabita Normaliya di 17.02 3 komentar
Malang, 17 Juni 2013

Akhirnya, dia benar-benar datang dan menepati janjinya (dulu). Satu pembuktian jika dia tak hanya sekedar janji, tapi memberi aku bukti. Empat bulan yang hanya bisa bertukar kabar lewat pesan singkat, empat bulan yang hanya bisa mendengar suara dari balik gagang telefon selular, dan empat bulan yang hanya bisa memandang dari balik sosial media. Iya, aku butuh waktu sekitar empat bulan untuk hari ini yang terbilang sangat singkat dan mahal. Hari dimana aku bisa melihat wajahnya yang tangguh, hari dimana aku bisa mendengar suaranya yang lantang, dan hari dimana aku dan dia saling beradu pendapat yang bisa terbilang cukup sengit.

Aku cukup malu untuk datang terlambat apalagi dengan orang seperti dia yang bisa dibilang sangat disiplin.  Jadi kuputuskan lebih baik menunggu daripada harus dia yang menunggu. Gerimis siang ini tak mengurungkan langkahku untuk tetap berangkat menemuinya. Setelah sampai di tempat yang telah kami sepakati bersama, nampaknya hujan mulai turun dan dia belum kunjung datang. Beberapa menit aku menunggunya dari balik keramaian. Melongokkan kepala kesana-kemari, namun tetap saja tidak ada jawaban. Sesekali aku mengecek telepon selularku untuk memastikan jika saja dia menghubungi aku. Namun, tetap tidak ada. Tak berselang lama, sebuah panggilan masuk. 13:20. Dan itu -dia-

Aku segera mencarinya karena dia sempat bilang kalau dia nyasar dan tak bisa menemukan aku dari balik keramaian. Menerjang jalanan yang lembab akibat guyuran hujan untuk melangkahkan kaki, meurunkan gengsi karena nyatanya baru kali ini ia datang ke tempat yang kami sepakati. Tak butuh waktu lama untuk aku mengenalinya. Ya, benar saja, dia memakai baju itu. Baju yang menjadi kebanggaannya. 

Kami akhirnya memutuskan untuk duduk dan mulai berbicang-bincang. Memilih tempat yang tepat. Sebuah meja persegi dengan dua kursi yang saling berhadapan. Dia memesankan aku satu gelas jus jambu untuk teman ngobrol, namun nyatanya aku lebih banyak meminum air mineralku yang tadi sempat kubawa dari rumah. Percakapan kami mulai dengan sangat ringan dan cukup menyenangkan. Dia banyak bercerita tentang pengalamannya selama pendidikan. Ia juga menceritakan tentang perjuangannya hingga pada akhirnya bisa seperti sekarang ini. Tentang masa lalunya, tentang masa sekolah, dan banyak hal yang spontan ia ceritakan tanpa aku minta. Namun, aku sadar dan mulai tahu diri jika aku dan dia berbeda. Aku melihat perbedaan itu kian nyata. Akupun mulai tahu apa alasan dia mengajak aku bertemu siang ini disela-sela kesibukannya, meskipun itu hanya tersirat yang bisa kutarik dari asumsiku sendiri. Silang pendapat yang sengit dan rumit mulai nampak. Aku mulai tak banyak mengeluarkan kata-kata dan lebih asik hanya menjadi seorang pendengar.

Dia nampak sangat berhati-hati dalam menyampaikan maksud setiap kata yang ia tuturkan. Sesekali matanya kutatap, dia nampak ingin berbicara lebih banyak tentang apa yang sebetulnya aku harus tahu. Terkesan bertele-tele, namun, aku tiba-tiba mulai tahu apa maksud ia menuturkan bla-bli-blu ini. Ya ya ya ya. Aku lebih dari hanya sekedar jelas dan gamblang untuk kata-katanya yang terkesan berat untuk orang awam seperti aku ini. Terlebih saat ia mengucapkan satu baris kalimat "Apa yang kami lihat, apa yang kami dengar, apa yang kami rasakan, cukup hanya kami saja yang perlu tahu". Aku tak lagi bertanya banyak hal karena aku cukup tahu apa yang ingin ia sampaikan. Bahkan aku juga sudah bisa menebak arah pembicaraan kami. Aku hanya diam.

Apapun jawaban dari empat bulan itu, aku sudah menemukannya hari ini. Apapun yang aku cari dalam tulisanku, aku juga banyak merekamnya dalam memoriku. Aku bangga pada dia, menuturkan dengan sangat hati-hati agar tak menjatuhkan semangat menulisku. Menjaga lisannya tetap manis dengan selipan senyuman disetiap penjelasan rumitnya, dan menepati janjinya untuk menjelaskan semua ini secara jelas kepadaku. Aku tak akan pernah melupakan pertemuan ini. Sebuah pertemuan mahal yang bisa saja hanya berlalu menjadi sejarah, ataukah menjadi awal dari sebuah cerita besar yang akan terus berlanjut. Untuk dua gantungan kunci cantik yang akan selalu aku simpan. Dan tanpa mengurangi rasa hormatku pada dia, dan apa yang menjadi kebanggaannya, aku akan masih akan terus menulis. Menulis tentang apa yang menjadi kebanggaannya, meskipun itu hanya akan menjadi tulisan untuk diriku sendiri.

Juni 08, 2013

care to share

Diposting oleh Sabita Normaliya di 16.39 0 komentar


 

Kembang Gula Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea