April 15, 2012

Berkunjung ke Panti Werdha PANGESTI

Diposting oleh Sabita Normaliya di 22.52
Kembali menulis dengan cerita yang baru adalah sesuatu yang selalu aku inginkan dan juga aku dambakan. Setiap kalinya aku kembali ke duaniaku ini, dunia menulisku, dunia yang aku suka dan aku cintai ini, itu berarti aku sedang memiliki bahan untuk aku bagikan. Seperti malam ini, aku ingin berbagi tentang sesuatu.

Cerita ini berawal dari satu minggu sebelumnya yang aku telah dengan semangat 45 mendaftarkan diri menjadi partisipan dalam sebuah kegiatan sosial bertemakan "Enhance The Health Quality In Elderly People". Sebuah kegiatan tahunan milik salah satu lembaga di Fakultasku yang menarik dan berkesan. Bukan tanpa sebab lain aku mengikuti kegiatan ini jika aku memang terlalu menyukainya. Seperti halnya menulis, aku juga mencintai melakukan kegiatan sosial seperti ini.

***
Lagi, aku harus bangun pagi di akhir pekanku. Hari Minggu, aku masih saja tidak berada di rumah seperti minggu-minggu sebelumnya. Tapi kupikir minggu ini akan sangat berbeda. Aku dan juga rombongan panitia beserta partisipan lainnya yang tergabung dalam World Health Day AMSA BRAWIJAYA berangkat menuju Panti Werdha PANGESTI dengan menumpang truck tentara. Kalian tahu lah bagaimana rasanya naik kendaraan ini. Jelas tidak nyaman jika dibandingkan dengan kendaraan pribadi. Tapi, aku menikmati perjalanan ini. Sungguh sebuah perjalanan penuh dengan harap dan pengabdian.

Rombongan Partisipan
Truck terus melaju menembus batas kota. Satu persatu kendaraan di depanpun mulai dilewati. Satu jam hampir berlalu, dan kamipun akhirnya tiba. Sebuah bangunan megah yang cukup asing buat aku. Terlebih tempat ini bukan tempat bagi aku dan juga teman-teman muslimku yang lainnya. Jujur, aku sempat takut berada di sana. Hanya saja, aku membenamkan rasa takutku dengan rasa bahagia karena bisa turut membantu berjalannya kegiatan ini dengan baik.

Tidak ku buang sedikitpun waktu yang aku miliki selama berada di sana. Aku belajar banyak dari kunjungan hari itu. "Dan setiap dari dirimu, kelak juga akan menjadi tua". Aku sadar betul dengan kalimat itu, aku melihat sosok-sosok yang mulai ringkih tetap ada dalam semangatnya. Duduk di atas kursi roda, berjalan dengan punggung bongkok dan menggunakan alat bantu, bahkan sempat aku juga melihat di ujung ruangan, seorang opa terbaring tidak berdaya. Aku ingin menangis, Kawan.

Hari itu aku sempat berbicara dengan dua orang lansia. Satu orang oma dan satu orang opa. Oma Oei Etser adalah lansia pertama yang kami ajak berbincang-bincang. Usia beliau kini sudah 90 tahun, Kawan. Apa kalian tahu? Wajahnya masih terlihat sangat cantik. Tapi tidak bisa dipungkiri kalau tubuhnya mulai lapuk dimakan usia. Beliau harus berjalan tertatih dengan bantuan tripode. Selain itu, pendengaran beliau juga sudah sangat menurun. Tidak heran jika setiap kalinya kami mengajak beliau berbicara harus dengan suara keras atau kalau tidak, kami harus membisikkannya ke telinga. Percakapan diantara kami cukup menarik. Hanya saja aku dan juga temanku yang lainnya tidak begitu tahu mengapa tiba-tiba beliau ingin segera kembali ke kamarnya. Kami tidak bisa mencegahnya untuk tetap masih berada dekat dengan kami, karena kami tahu mungkin Oma sedang ingin sendiri. Alhasil kelompokku paling cepat berinteraksi dengan lansia. 

Aku dan kedua temanku pun mendadak bingung harus berbuat apa lagi. Yang jelas, aku tidak ingin waktu yang masih aku miliki disana kubuang percuma. Tanpa rasa malu, tanpa rasa canggung ataupun ragu, aku melangkahkan kaki dan memberanikan diri menjabat tangan seorang opa yang sedang berjemur dengan duduk manis di atas kursi rodanya. "Selamat pagi, Opa...". "Pagi...." kulihat wajahnya sumringah dengan penuh kebahagiaan. Kamipun berkenalan. Meskipun cukup sulit untuk beliau mengucapkan kata demi kata, tapi InsyaAllah jika aku tidak salah namanya adalah Opa Maryudi. Sekarang usia beliau sudah 82 tahun. Kakinya lumpuh sekitar satu tahun yang lalu, sehingga setiap hari beliau harus berada di kursi rodanya itu. Banyak hal yang kami bicarakan, dan diakhir waktu yang kami miliki disana, kamipun sempat berfoto dengan beliau. Tapi, sebuah hal yang cukup mengharukan terjadi. Tiba-tiba beliau menangis dalam ceritanya. Entah apa yang beliau ceritakan kepada kami, jujur aku tidak begitu faham dengan artikulasinya yang cukup buruk. Tapi aku cukup teliti mendengarkan salah satunya adalah, jangan tinggalkan opa sendiri.... Salah seorang temanpu tidak kuasa mendengar kalimat itu dan ia pun menangis. 

Bersama Opa Maryudi
Hari itu kami tidak bisa berlama-lama karena para lansia juga butuh banyak istirahat. Tapi beberapa saat aku disana, aku sangat bahagia. Bahkan jika boleh jujur, aku ingin kembali kesana lagi.. Aku tidak tahu bagaimana aku melukiskan rasa gembira ini. Tapi yang jelas seucap kalimat yang ingin aku sampaikan adalah terimakasih banyak untuk AMSA BRAWIJAYA yang telah mengadakan acara yang luar biasa ini.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Kembang Gula Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea