November 27, 2012

semalam

Diposting oleh Sabita Normaliya di 11.12 3 komentar
Semalam, terasa begitu lama.
Semalam, terasa begitu nyata.
Kau tepat berada di atas bumi dimana aku berpijak,

Gagah, kau hadir sempurna dengan tungganganmu
Gemuruh mesin burung besi yang kau bawa, 
menyeruak dan menggetirkan hati.
Aku takut,
Aku gentar,
dan aku khawatir 
Pelor-pelor besi dihujamkan kearahmu,
Aku berlari,
Aku hanya bisa sembunyi

Semalam, kau terlihat nyata
Semalam, kau terlihat seperti apa yang  selama ini aku pikirkan
Semalam yang hanya singkat, tapi berlangsung cukup lama

Dalam sujud aku meminta,
Dalam tidur aku berharap,
Dan Allah perlahan menjawab pinta itu 
lewat mimpi yang ia titipkan dalam malam-malamku

November 26, 2012

Diposting oleh Sabita Normaliya di 08.24 0 komentar
Dalam hidup, seseorang akan lebih baik darimu.
Seseorang akan lebih pintar darimu.
Seseorang akan lebih cantik darimu.
Seseorang akan memiliki lebih dari apa yang kamu miliki.
Namun, tidak ada satupun orang yang seperti dirimu.
Karena Allah menciptakan kamu berbeda, 

dan setiap dari dirimu adalah istimewa

November 24, 2012

cukup sederhana

Diposting oleh Sabita Normaliya di 16.53 0 komentar
aku lebih suka menuliskannya secara sederhana..
sesederhana cahaya mentari yang menyinari jagad raya tanpa henti,
sesederhana embun pagi yang membasahi rerumputan, 
dan menjadikan setiap tetesnya penuh arti

aku lebih suka mengungkapkannya secara sederhana..
sesederhana kicau burung yang tak pernah terdengar lelahnya,
sesederhana desir air yang mengalir sebagai penghilang dahaga..

aku tak mampu mengungkapkannya,
aku hanya mampu menuliskannya,
sesederhana kata-kata biasa yang tersirat berjuta makna

November 10, 2012

tangis

Diposting oleh Sabita Normaliya di 18.08 1 komentar

Pagi ini, aku mendengar apa yang tak pernah sekalipun aku inginkan. Kudengar suaranya lain, dan aku tahu suara ini. Tangis. Hatiku marah ketika mendengar suara tangis, terlebih jika itu ibuku. Aku marah, bukan karena aku tak sayang, aku marah juga bukan karena tak peduli, tapi aku marah jika aku membiarkan hati ibu terluka tanpa aku berbuat apa-apa. Belum sempat aku menanyakan mengapa, ibu akhirnya angkat bicara.
"Adekmu dapet kerja" ujarnya terisak menahan tangis.
Lantas aku masih terdiam dan berkata dalam hati. "Terus mengapa ibu menangis?". Tak sempat kulontarkan ibupun menambahi ucapannya.
"Alhamdulillah, akhirnya adekmu dapat kerja." Ucap ibu dengan suaranya yang semakin bindeng
Aku masih saja diam, jujur mataku mulai berkaca-kaca. Aku paling tidak bisa mendengar suara ibu ketika ia menangis. Walaupun aku tak tahu apa masalahnya, aku jujur tak kuasa mendengarnya. Hingga ia pun melanjutkan ucapannya.
"Ibuknya belum sempat lihat anak-anaknya sukses, kok Allah sudah ambil. Seandainya ibuke masih ada, pasti seneng."
Hatiku terasa semakin sakit mendengar ucapan demi ucapan yang ibu ucapkan sendiri tanpa sedikitpun kutanggapi. Aku tahu apa yang ibu rasakan.  Tapi aku bersyukur manakala ibuku juga menjadi ibunya yang tidak jauh lebih beruntung memiliki sosok ibu yang sebenarnya tapi memiliki kasih sayang yang sama besarnya dengan cinta yang ia berikan pada aku dan juga adikku.

November 07, 2012

Diposting oleh Sabita Normaliya di 15.00 0 komentar
.....dan kalau masalahnya uang, aku hanya bisa diam. Meskipun sebetulnya hatiku menjerit dan menahan pesakitan ini. Uang, uang, uang, ketika semua hal berorientasikan pada uang, aku merasa ingin menjerit. Kenapa aku tidak lahir seperti mereka yang kaya dan berlimpah harta? Mengapa hanya seperti ini dan lagi-lagi uang selalu menjadi masalahnya. Marah, mengeluh, dan selalu saja akan berakhir dengan perdebatan yang tak ada jalan akhirnya. Kalau orang meminta untuk bersyukur, bersyukur, bersyukur, bisa jadi aku selalu berusaha dan mencobanya. Tapi orang lain bagaimana? Ketika hanya mengeluh dan terus mengeluh dengan uang, uang, uang, uang sepanjang harinya. Sementara aku yang selalu mendengar ratapan itu, apa iya aku hanya diam saja? Apa yang bisa aku lakukan? Kerja? Kerja macam apa....................................................

November 04, 2012

Purna

Diposting oleh Sabita Normaliya di 13.10 0 komentar
Cepat atau lambat, hal ini pasti terjadi pada kami. Ayahku adalah seorang abdi negara yang mengawali karirnya dengan masuk tamtama. Bukan hal yang mudah dimasa itu ketika ayah pada akhirnya memang bisa seperti sekarang. Tapi, untuk prajurit yang megawali karirnya dari tamtama seperti ayahku, hal ini memang sudah menjadi konsekuensinya. Sudah sekitar tiga puluh tahun ayahku mengabdikan dirinya untuk menjadi tentara. Dua puluh satu tahun aku menjadi anaknya dan besar dari kerja kerasnya itu.

Kini usia ayah hampir memasuki angka 53 tahun. Tepatnya beliau akan genap berusia 53 tahun pada bulan Januari tahun 2013. Itu artinya diulang tahun ayah yang ke 53 beliau harus siap menjadi seorang purnawirawan. Itu berarti, kehidupan kami berangsur-angsur akan berubah.

Dulu, aku belum begitu peduli dengan hal ini. Bahkan ku pikir itu memang bukan urusanku. Namun, aku merasa betapa aku sangat jahat sudah berfikir seperti itu. Hingga suatu hari ketika ayah mengulangi hal yang sama, akupun mulai menitikan air mata, seperti hari ini ketika aku menuliskan tentang semua ini.  


November 03, 2012

Bukan hanya Milik Mereka yang Kaya

Diposting oleh Sabita Normaliya di 10.41 0 komentar
 Tidak terasa kalau sekarang sudah memasuki liburan semester. Kuputuskan untuk pulang ke kampung halaman, walaupun hanya bisa aku lakukan minimalnya satu kali dalam satu tahun. Setidaknya itu jauh lebih baik daripada aku tidak lantas pulang sama sekali. Pasti ibu dan juga adik-adikku sudah menyimpan rindunya untuk aku selama satu tahun ini.
Di sepanjang perjalanan pulang, di tengah hiruk pikuk kota besar, di sela-sela terik matahari yang menyengat kulit, pikiranku kembali kacau. Aku mulai ragu dengan keputusanku untuk melanjutkan kuliah. Rasanya aku hanya menjadi benalu untuk keluargaku. Biaya kuliah sangat mahal. Belum lagi uang yang harus ibu kumpulkan untuk biaya hidupku selama tinggal di kota orang. Tapi, kalau pada akhirnya aku mundur, itu akan sangat mengecewakan ibu. Kubenamkan wajahku dalam tengkupan telapak tanganku, dengan harapan aku segera menghapuskan semua pikiran buruk yang menelusup dalam bongkahan otakku.

dia

Diposting oleh Sabita Normaliya di 10.25 0 komentar

bagiku, dia adalah keindahan yang tidak akan pernah mampu kuucapkan dalam lantunan kata-kata.
dialah yang tak mampu aku gambarkan dalam goresan pena dalam lembaran jiwa.
keindahannya membuat aku seolah tidak mampu melakukan apa-apa.
tapi, dialah yang membuat aku merasakan keindahan itu sederhana dan apa adanya.
itulah dia..
Diposting oleh Sabita Normaliya di 08.59 0 komentar
Seine River- Paris [Bismillah]

masih yakin

Diposting oleh Sabita Normaliya di 08.31 0 komentar
"Dan sampai pada detik ini, aku masih yakin untuk tetap menunggu. Walaupun sebenarnya aku juga tidak tahu aku menunggu untuk apa."

November 02, 2012

Diposting oleh Sabita Normaliya di 21.26 0 komentar
Aku tidak memulainya dengan rasa cinta,
tapi ini sangat nyata.
Aku tidak memilihnya karena aku suka,
tapi aku memang telah jatuh di dalamnya.

Bukan cinta, bukan pula suka.
Tuhanlah yang berkehendak atas semuanya.
 

Kembang Gula Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea