November 10, 2012

tangis

Diposting oleh Sabita Normaliya di 18.08

Pagi ini, aku mendengar apa yang tak pernah sekalipun aku inginkan. Kudengar suaranya lain, dan aku tahu suara ini. Tangis. Hatiku marah ketika mendengar suara tangis, terlebih jika itu ibuku. Aku marah, bukan karena aku tak sayang, aku marah juga bukan karena tak peduli, tapi aku marah jika aku membiarkan hati ibu terluka tanpa aku berbuat apa-apa. Belum sempat aku menanyakan mengapa, ibu akhirnya angkat bicara.
"Adekmu dapet kerja" ujarnya terisak menahan tangis.
Lantas aku masih terdiam dan berkata dalam hati. "Terus mengapa ibu menangis?". Tak sempat kulontarkan ibupun menambahi ucapannya.
"Alhamdulillah, akhirnya adekmu dapat kerja." Ucap ibu dengan suaranya yang semakin bindeng
Aku masih saja diam, jujur mataku mulai berkaca-kaca. Aku paling tidak bisa mendengar suara ibu ketika ia menangis. Walaupun aku tak tahu apa masalahnya, aku jujur tak kuasa mendengarnya. Hingga ia pun melanjutkan ucapannya.
"Ibuknya belum sempat lihat anak-anaknya sukses, kok Allah sudah ambil. Seandainya ibuke masih ada, pasti seneng."
Hatiku terasa semakin sakit mendengar ucapan demi ucapan yang ibu ucapkan sendiri tanpa sedikitpun kutanggapi. Aku tahu apa yang ibu rasakan.  Tapi aku bersyukur manakala ibuku juga menjadi ibunya yang tidak jauh lebih beruntung memiliki sosok ibu yang sebenarnya tapi memiliki kasih sayang yang sama besarnya dengan cinta yang ia berikan pada aku dan juga adikku.

1 komentar:

estitika er zulfa mengatakan...

maksudnya apa ini bit ??

Posting Komentar

 

Kembang Gula Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea