Maret 23, 2012

Mr. Dee

Diposting oleh Sabita Normaliya di 07.59
Resah Dan Gelisah... Menunggu Disini
Disudut Sekolah...
Tempat Yang Kau Janjikan
Ingin Jumpa Denganku
Walau Mencuri Waktu...
Berdusta Pada Guru

Malu Aku Malu Pada Semut Merah
Yang Berbaris Di Dinding
Menatapku Curiga
Seakan Penuh Tanya... Sedang Apa Disini ?
Menanti Pacar Jawabku

Sungguh Aneh Tapi Nyata Tak'kan Terlupa...
Kisah Kasih Disekolah... Dengan Si Dia
Tiada Masa Paling Indah... Masa-Masa Disekolah
Tiada Kisah Paling Indah... Kisah-Kasih Disekolah
 
Kisah Kasih di Sekolah- Obbie Mesakh 
------------------------------------------------------------------------------
 
Deretan kalimat yang tersusun rapi di atas cukup membuat aku tergugah dan kembali ingin kemasa itu.  Masa-masa sekolah, masa putih abu-abuku. Dua tahun kukira sudah cukup lama untuk aku tidak lagi merasakan pahit manisnya cerita SMA, dan kini akupun mulai merindukannya. Disini aku tertawa, disini aku juga menangis, dan disini, ditempat ini, aku juga sempat jatuh cinta.

Semua cerita itu awalnya dari sini. Aku masih ingat saat itu adalah saat pertamakalinya aku menginjakkan kakiku di tempat yang telah lama menjadi impianku. Tempat dimana aku akan mengenakan seragam putih abu-abu dan juga terlibat dalam semua kisah di dalamnya. Iya, kini aku memang telah benar-benar menjadi seorang siswa SMA setelah aku cukup puas dengan nilai perjuanganku di bangsu SMP. Kufikir tempat ini memang bukan tempat yang aku impikan untuk mengenyam pendidikan. Sekolah favoritkupun pada akhirnya melayang karena nilaiku yang notabene memang tidak cukup untuk menembusnya. Sampai pada akhirnya aku memang harus puas singgah di tempat ini. Aku tidak sepenuhnya kecewa akan apa yang aku dapatkan, karena bagiku dimana saja aku berada, rasanya akan sama saja. Mugkin bisa jadi ini adalah cara Tuhan untuk membuka jalanku dengan semua cerita ini.

Beberapa hari sebelum aku benar-benar mendapatkan pendidikan, aku harus melewati masa-masa penggencetan yang banyak diceritakan oleh orang-orang di luar sana. Aku masih saja harus melewati masa-masa itu. MOS. Masa Orientasi Sekolah yang tidak aku suka. Aku harus bangun sebelum subuh untuk mempersiapkan diri, bukan tanpa alasan karena pantas saja kegiatan MOS cukup dini digelar di sekolahku. Aku harus berdandan ala orang gila, rambut dikepang dengan menyangklot tas yang terbuat dari karung tepung terigu. Oh tidak, kufikir kalau bukan karena MOS aku tidak akan melakukan semua ini.

Setiap hari selama tiga hari aku harus seperti ini, bangun pagi, berdandan seperti orang gila, dan jelas saja, aku merasa sangat geram. Tapi, semuanya berubah manakala aku melihat dia. Dia adalah salah seorang teman yang kebetulan saat itu satu kelas denganku pada saat MOS. Bagiku dia itu memiliki sesuatu yang tidak bisa aku deskripsikan, tapi ada hal yang menbuat aku tersipu tanpa bisa memberikan alasan. Namanya ....... (kusamarkan menjadi Mr. Dee). Dee bukan orang yang tampan dan rupawan. Ia tidak tinggi, tegap dan dadanya membusung seperti perwira yang aku impikan. Bahkan untuk kepribadiannya, aku pun kurang suka dengan gayanya yang belagu. Tapi, kekagumanku kali ini memang tanpa alasan. Aku mulai mengagumi dia tanpa alasan yang jelas dan akupun tidak tahu mengapa.

Aku masih saja diam dalam kekagumanku akan sosok Dee. Sampai pada akhirnya aku semakin senang manakala aku tahu bahwa kami memang dipertemukan dalam satu kelas semasa kelas sepuluh. Kufikir, walaupun kami satu kelas, ia tidak sama sekali mengenal aku. Jangankan untuk itu, ngobrol ataupun sekedar melihat ke arahkupun, kukira tidak. Bagiku itu bukan masalah, aku cukup puas merasakan kagum ini sendiri. Sampai pada suatu hari, akupun mulai berani untuk menceritakan kekagumanku itu pada salah seorang teman baikku di kelas. Kusebut namanya Reno. Reno cukup memahami apa yang aku rasakan. Tapi, betapa kecewanya aku manakala terntaya Reno menceritakan hal itu kepada Dee. Aku benar-benar kecewa dengan Reno.

Hampir tiga bulan aku berada di kelas ini, kelas sepuluh-lima. Aku mulai mengenal satupersatu teman sekelasku, tapi tidak demikian dengan Dee. Tapi, semuanya mendadak berbeda setelah kejadian beberapa hari yang lalu itu. Reno sudah membongkar ceritaku.

Aku masih sangat ingat, hari itu adalah hari Jumat. Hari itu adalah kali pertamanya seorang Dee mengirimkan pesan singkat di telepon selularku. Aku memang sempat kaget. Jelas saja karena kami tidak pernah berbicara satu sama lain di kelas, bahkan mungkin sebelum ini dia tidak pernah mengenal aku. Tapi entahlah. Satu hal yang tidak bisa aku sembunyikan adalah perasaan bahagia tiada tara. Kupastikan berulang kali bahwa pesan itu memang benar-benar dari dia. Iya, itu memang Dee.

Berawal dari hari itu, kini kami berdua semakin dekat. Tapi kedekatan itu hanya sebatas percakapan dua arah lewat pesan singkat telefon selular. Hampir setiap hari Dee rajin mengisi pesan masuk di telefon selularku dengan pesan-pesanya yang menghujam jantungku untuk terus berdetak kencang. Hari demi hari berlalu tanpa kejelasan diantara hubungan kami ini, walaupun kini ia sudah berani menampakkan dirinya untuk dekat dengan aku di sekolah, tapi aku masih bingung dengan semua ini. Kebaikannya, perhatiannya, dan semua tentang dirinya bagiku adalah sesuatu yang masih tabu dan seolah-olah tidak maumpu aku jamah.

Aku tetap saja bertahan dalam situasi ini hampir satu tahun. Aku pernah bahagia dengan dia, tapi aku lebih banyak sedih atas kelakuannya yang ternyata aku baru tahu, dia juga memperlakukan perempuan di luar sana seperti halnya dia memperlakukan aku. Lantas apa maksud dari semua kebaikan dan juga perhatiannya kepadaku selama ini? Sampai pada akhirnya aku memutuskan untuk menutup perasaanku untuk dia. Tapi, aku masih saja tidak bisa. Ia selalu datang dengan berjuta kebaikan dan juga perhatiannya ketika aku ingin menutup hati. Tapi ia juga bisa seketika hilang tanpa ada kejelasan.

Waktu terus berlalu. Masa-masa sekolahku semakin berkecimuk dengan masalah perasaan yang tak bisa diungkapkan. Aku lebih sering merasa sakit dengan perasaan yang tidak jelas ini, walaupun sebenarnya ku jauh memiliki kebahagiaan bersana dengan teman-temanku. Aku tetep saja tidak bisa menghapuskan bayang-banyang tentang Dee. Bagaimanapun juga, lepas dia jahat atau bagaimana, aku pernah menaruh hati padanya. Kali ini dengan kemantapan hati, aku memang ingin menyudahi skenario bersama Dee. Tidak kubalas semua pesan-pesan yang ia kirimkan padaku, tidak pula ku gubris tingkah dan juga perhatiannya selama di sekolah. Aku kini menjadi diriku yang dahulu seperti tidak mengenal dirinya. Sikapku dingin dan juga tidak peduli. Sampai betapa jahatnya aku ketika ia kecelakaanpun, aku tidak mengunjunginya di rumah sakit. Maaf Dee, hanya saja aku tidak ingin semakin terluka dengan semua ini.

Ini adalah masa-masa yang paling aku nantikan. Kenaikan kelas. Itu berarti aku akan berada di kelas sebelas dengan teman-teman baru. Ini memang sudah aku tunggu sedari dulu ketika Dee lebih sering membuat hatiku sakit. Mungkin ketika nanti di kelas sebelas aku bisa cukup tenang tanpa terusik oleh bayang-bayang Dee di kelasku. Akan tetapi, betapa sebuah hal yang tidak aku inginkan itu memang terjadi dengan sangat nyata. Tuhan menakdirkan Dee untuk menjadi teman satu kelasku lagi. Rasanya itu aku ingin pindah sekolah. Tapi, apa dengan pindah semua masalahku akan selesai? Kukira tidak. Mungkin ini adalah cara Tuhan menguji kesabaranku dengan semua tingkah laku Dee. Pantas saja, aku memang telah resisten dengan semua kebaikannya. Walaupun memang jujur perasaan sayang itu masih cukup berbekas, tapi aku mencobanya biasa saja dan tidak lagi berharap banyak seperti dahulu.

Dee masih baik, Dee masih perhatian dan bahkan kufikir Dee makin banyak berbeda. Tapi aku tidak boleh terjebak dengan semua ini dan kubiarkan semuanya berlalu begitu saja. Kini aku mulai bisa mengendalikan perasaanku. Aku banyak belajar dari ceritaku bersama dengan Dee.

Cukup lama aku memang tidak lagi ingin mengingat masa-masaku bersana dengan Dee. Terlebih, kini aku yang sudah duduk di bangku kelas dua belaspun mulai stress dengan persiapan ujian akhir. Hanya satu yang ada dalam otakku adalah ketika aku bisa lulus dengan hasil terbaik yang mampu aku dapatkan.

Ujian telah banyak menyita waktuku, belajar, belajar, dan belajar, hanya seperti itu. Tapi kini memang cerita abu-abuku telah sempurna ketika kini aku juga telah menamatkan pendidikanku. Aku sudah diwisuda, Kawan. Betapa bahagianya aku yang kini akan menjadi seorang mahasiswa disalah satu universitas ternama di kotaku.

Dua tahun cerita abu-abuku berlalu. Dua tahun itu juga aku tidak bertemu Dee. Tapi, entah apa yang membuat aku ingat tentang Dee, yang jelas ketika aku bisa jujur, aku kini sedang merindukannya. Apa kabarnya dia, ya?...............................

0 komentar:

Posting Komentar

 

Kembang Gula Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea