September 02, 2012

uang

Diposting oleh Sabita Normaliya di 13.22
Siapa yang tidak butuh uang? Aku yakin semuanya pasti butuh. Sesuatu yang satu ini sudah menjadi barang pasti betapa semua orang pasti membutuhkan apa itu uang.

Aku tidak ingin basa-basi menuliskan apa yang mengganjal dalam pikiranku sejak lama. Uang telah membuka mataku untuk tidak hanya berdiam diri dan hanya menunggu dermawan untuk mengasihi aku dan memberikan lembar demi lembar uang miliknya. Aku bukan orang yang perlu dikasihi.

Saat ini aku memang sedang dalam proses menuntaskan pendidikanku di bangku kuliah. Bahkan untuk hal ini aku hanya terus meminta uang orang tuaku untuk membayar uang semesteranku. Tapi, apa itu membuat aku bangga atas apa yang mereka berikan? Tidak !!! Lama-lama aku merasa hanya menjadi benalu untuk hidup seperti ini. Meminta, dan terus meminta walaupun itu bukan meminta pada dermawan-dermawan berdasi yang ada di dalam mobil mewah. Jelas, karena aku tegaskan, aku bukanlah seorang pengemis.  Jujur, aku memiliki gengsi tersendiri untuk hal ini, sebuah kata MINTA.

Aku malu dengan diriku sendiri. Memandang jauh ke dalam naluri dan merasa kecil, karena aku sadar aku bukan siapa-siapa. Bahkan hatiku semakin merasa buruk ketika aku tahu banyak teman-teman seumuranku sudah bisa mendapatkan uang dengan cara mereka sendiri. Aku? Bagaimana dengan aku? Sampai kapan aku bertahan dalam posisi ini? Meminta ayah ibuku untuk memenuhi semua hal yang aku inginkan. Jujur, aku malu terus menjadi benalu seperti ini. Tapi apa yang bisa aku lakukan? Menyisikan tabunganku setiap bulan dengan harapan untuk memenuhi apa yang aku inginkan? Kalaupun bisa sedikit membantu, itu bukan jalan keluarnya! Hingga pada akhirnya aku ingin melakukan sesuatu hal yang aku pikir bisa membantu keuanganku. Aku ingin bekerja. Tapi, apa? Kupikir untuk kerja paruh waktupun aku masih belum bisa lantaran jadwal perkuliahanku yang terlalu padat.


Suatu hari, tiba-tiba salah seorang teman SMA mengajak aku ngobrol via chatting. Banyak hal yang kami ceritakan, dan kala itu tiba-tiba ia menawari aku untuk bergabung dengan usahanya, dengan iming-iming akan mendapatkan banyak keuntungan. Kalian tahu apa yang aku lakukan? Tanpa banyak pikir, aku mengiyakannya. Hari kedua, kami memutuskan untuk saling bertemu dan menjelaskan lebih jauh tentang apa yang kami bicarakan saat chatting. Tapi, aku melihat sesuatu yang aneh dan sedikit janggal, karena ternyata disana tidak hanya ada aku, tapi banyak teman-teman SMAku yang lainnya. Penjelasan singkat sudah dimulai, dan aku sudah cukup paham dengan usaha yang sedang mereka jalankan. Usaha ini bukan usaha yang gratis, kawan. Ternyata tiap-tiap orang harus menyiapkan modal yang minimalnya sekitar lima ratus ribu rupiah. Apa? Lima ratus ribu rupiah? Whei, itu bukan uang dengan nominal yang sedikit untuk anak seperti aku yang masih netek ayah-ibuku. Tapi, disisi lain aku juga ingin bisa mendapatkan keuntungannya. Ok, untuk sementara aku memang menyetujui hal itu dengan entahlah bagaimana caranya aku bisa mendapatkan semua uang itu. Ada waktu tiga hari untuk aku mengumpulkan semua uang itu. Aku bingung harus mencari kemana. Apa aku harus berhutang? Tidak!!! Aku lagi-lagi harus bisa dengan tegas bilang, aku tidak boleh meminta. Wheits, ini kan bukan meminta, tapi kan aku hanya berhutang, dimana nanti ketika aku sudah punya uangnya bukankah aku bisa mengembalikannya? Finally aku memutuskan untuk memberanikan diri melnelfon salah seorang tanteku untuk mencari hutangan sejumlah uang. Tapi, masalahnya, tanteku tidak bisa memberikan aku pinjaman karena ia belum gajian. Oh Tuhan, bagaimana ini selanjutnya? Apa aku harus meminjam pada ibuku? Jelas itu hal terbodoh, karena aku tidak ingin satu orangpun tahu tentang hal ini. Lantas bagaimana lagi? Apa aku harus menjual HPku? Tidak mungkin juga, kan. Karena cepat ataupun lambat aku akan ketahuan mengikuti usaha ini. Beberapa saat aku terdiam, dan aku mulai membuka laci meja riasku, dan pelan-pelan aku mengambil dan menbuka buku tabunganku. Aku melihat nominal yang cukup besar, empat ratus ribu rupiah. Tapi bagaimana aku bisa mencari sisa uangnya? Apa aku harus memakai jatah uang bulananku? Terus kehidupanku selama satu bulan kedepan bagaimana? Dan kalau memang iya aku mengambil uang tabunganku dan menambahnya dengan uang bulananku lantas bagaimana dengan mimpiku untuk membeli laptop? Ya Tuhanaku semakin kacau dengan kondisi ini. Aku butuh seseorang untuk sharing. Aku takut salah memilih. Akhirnya aku kembali menelfon tanteku dan meminta saran padanya. Dengan penuh bijaksana ia memberikan wejangan-wejangan kepadaku. Awalnya ia bersikeras melarangku dengan berbagai pertimbangan, tapi aku terus mempengaruhinya untuk memperbolehkan aku. Akhirnya ia mulai melunak dengan apa yang aku mau, dan aku tetap menggunakan semua uang milikku itu.

Masa tenggang tiga hari telah berlalu, hari ini saatnya aku harus menyerahkan uang-uang itu. Lagi-lagi perasaan cemas dan khawatir menghantuiku. Aku ragu dengan usaha ini, tapi disisi lain aku juga ingin mendapatkan sejumlah uang untuk memenuhi kehidupanku. Pelan-pelan kulangkahkan kaki, dan akupun menyerahkan kepada salah seorang teman SMAku itu. Hari-hari berselang, aku menunggu kabar baik tentang usaha ini, tapi tetap tidak ada kabar. Aku mulai cemas tentang uang-uangku yang telah aku berikan kepadanya beberapa hari sebelumnya. Tanpa lagi canggung, aku mulai memberondong si empunya usaha dengan cecaran pertanyaan. Hari terus berganti hari, dan nihil. Tidak ada perkembangan dan aku mulai putus asa dengan harapanku sendiri dengan janji-janjinya dulu. Dan, kurasa tanteku memang benar jikalau usaha ini bukan usaha yang benar, dan mereka telah sukses untuk mengajak aku dan mereka curangi dengan usaha mereka. Aku sadar ketika apa yang aku harapkan memang tidak akan pernah terwujud seperti janji manisnya dahulu. Dan ini memang kesalahanku mengapa waktu itu aku tidak memilih untuk menuruti apa yang dikatakan tanteku. Tapi, menyesalpun percuma, uangku tidak akan pernah kembali. Sejak saat itu aku kecewa dengan teman-temanku yang tega menyeret aku untuk gabung dalam usaha kotor mereka. Dari masalah ini, aku banyak belajar, tidak semuanya yang orang lain katakan baik itu, baik. Dan aku mulai harus belajar banyak tentang apa itu ikhlas.

Aku harus bangkit dan melupakan semua masalah itu. Kini aku tidak lagi mudah percaya dengan apa kata orang, karena aku pikir, memiliki usaha sendiri akan jauh lebih baik. Alhamdulillah bulan Januari 2012, aku memberanikan diri untuk memulai sebuah usaha. Sebuah usaha yang aku mulai dengan modal uang tabunganku sebanyak tiga ratus ribu rupiah, aku memulai usaha berdagang cokelat. Berdagang? Benarkah? Jujur aku telah banyak berubah. Jangankan berdagang, untuk membayangkannya saja aku tidak pernah. Aku malu, aku juga sangat gengsi untuk hal ini. Aku lebih memilih untuk membelinya langsung dengan uang ayah ibuku, ketimbang harus capek-capek berjualan. Tapi itu dulu ketika aku masih duduk di bangku sekolah. Sekarang semuanya berubah ketika aku sadar, mencari uang itu bukan hal yang mudah.

Aku benar-benar melakukan usaha ini seorang diri, berbelanja, memasak, memasarkan, hingga mengantarkan semua pesanan coklat-coklat itu. Aku memang merasa lelah, tapi agaknya aku puas ketika aku bisa mengumpulkan lembaran rupiah atas hasil jerih payahku sendiri. Jumlahnya tidak banyak memang, tapi masih jauh lebih banyak dari usaha mandiri sebelumnya yang pernah aku kerjakan. Apa kalian tahu jika dulu aku juga sempat menjadi guru les private dengan bayaran per bulannya yang hanya bisa aku belikan satu helai jilbab bahan paris. Sekarang aku merasakan betul bagaimana rasanya menjadi ayahku yang menopang kebutuhan keluarganya. Bahkan aku benar-benar malu dengan diriku sendiri manakalau tahu gaji tentara hanya sebesar itu dan, entahlah tapi sungguh luar biasa ayah dan ibuku bisa mengatur uang itu dan bisa menyekolahkan aku dan juga adikku, serta bisa memenuhi kebutuhan kami hingga detik ini.

Aku telah banyak belajar dengan semua ini, terlebih tentang sebuah kata "KEPERCAYAAN". Karena ketika aku telah percaya kepada orang lain, orang lain dengan teganya menikam aku dari belakang. Terimakasih untuk semua orang yang pernah memberikan aku pelajaran berharga seperti ini.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Kembang Gula Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea