Januari 02, 2013

diam...

Diposting oleh Sabita Normaliya di 08.35
Ketika warna tak lagi menggoda, saat itu aku mulai diam.
Ketika cahaya mulai meredup, saat itu aku mulai diam.
Ketika suara mulai menghilang, saat itu aku mulai diam.

Ketika aku benar-benar diam, saat itulah aku sadar.
Betapa kini aku sama sekali tidak pernah sedikit saja untuk melihat,
sedikit saja merasakan,
sedikit saja memahami apa yang tak pernah aku mengerti.
Tentang hidup yang seperti ini,
tentang aku yang semakin jauh meninggalkan jalan itu.
Aku hanya diam,
aku masih diam.


Aku mulai lelah. Lelah dengan diriku sendiri yang mulai kehilangan arah seperti burung yang lupa dimana ia menguntai jerami untuk sangkarnya. Aku tidak ingin sok berpuitis, hanya saja aku ingin mengungkapkan apa yang aku rasakan jauh lebih dalam dari apa yang ada di dalam pikiranku. Ketika masalah sepele saja sudah ku buat rumit, lantas bagaimana dengan masalah yang jauh lebih besar? Apa iya aku masih mampu melanjutkan hidup ini? Sementara untuk hanya datang kuliah saja aku mulai ragu. Sementara aku sendiri juga mulai tidak tahu apa yang aku suka. 

Berbicara tentang kuliahku, aku belum menemukan apa yang aku cari hingga detik ini. Hampir tiga tahun, aku hanya menjalankan kewajibanku tanpa memberi lebih apa yang aku miliki seperti dulu ketika aku masih duduk di bangku sekolah. Menyinggung masalah IPK? Ya itu mungkin hanya sebatas nilai rajin datang dan mengumpulkan tugas. Tapi aku tak mengusahakannya lebih. Ketika aku di bangku sekolah, aku selalu bisa memberikan lebih dari apa yang hanya menjadi kewajibanku. Tapi tiga tahun ini, tapi sekarang aku bukan aku yang dulu. Aku hanya datang, mengerjakan tugas, membayar, dan ya kurang lebih begitulah yang aku kerjakan setiap harinya tanpa ada sedikit saja rasa bangga akan siapa sebetulnya aku. Bahkan ilmu yang kudapatkan, kupikir itu akan segera menguap dan berlalu begitu saja. Lantas apa gunanya aku?

Bodoh!!!! Tolol.. Berarti selama ini apa yang aku lakukan dengan kesempatan ini? Gaya-gayaan? Pamer? Atau menghambur-hamburkan uang orang tuaku? Hingga kalimat ini aku tulis, hatiku mulai sakit. Aku bukan anak orang kaya. Ingat itu. Bahkan kau tahu apa, bulan ini ayahku sudah pensiun. Silahkan tertawakan kami. Seorang pensiunan seperti ayahku pasti akan menjerit kesakitan manakala tahu anak sulungnya hanya bertindak bodoh seperti ini.

Aku tahu aku salah, aku tidak ingin membual janji, tapi aku harus membuktikan. Aku harus berubah. Aku harus segera berubah. Aku tidak bisa menunggu. Aku harus berubah sekarang.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Kembang Gula Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea