Agustus 04, 2012

MasterChef Indonesia

Diposting oleh Sabita Normaliya di 09.19
Sore ini disela-sela waktu senggangku, aku tiba-tiba ingat akan suatu hal yang ingin aku tuliskan disini. Kalian pastinya sudah familiar dengan program disebuah stasiun televisi swasta yang menyajikan kompetisi masak, bukan? Iya benar sekali namanya adalah "MasterChef Indonesia".

Sesion pertama aku kurang tertarik dengan acara ini, entahlah, mungkin aku tidak terbiasa mengikutinya dari awal. Tapi tiba-tiba saja di sesion yang ke dua ini, aku mendadak suka dan bahkan getol mengikutinya. Aku rela berada di barisan paling depan ketika tayangan ini akan segera dimulai. Bukan tanpa alasan aku melakukannya karena aku ingin melihat kreativitas peserta dalam mengolah bahan masakan. Maklum saja karena kelak aku ingin menjadi chef minimalnya untuk suami dan juga anak-anakku.

Tapi, mungkin tidak jauh berbeda dengan kebanyakan orang-orang pada umumnya setiap kali aku mencoba menceritakan kegemaranku dengan tayangan ini, mereka sontak menyebut nama Chef Juna untuk yang pertama kalinya menanggapi ceritaku.
Sampai pada akhirnya aku mengetikkan namanya untuk kucari dalam mesin pencari data. Junior Rorimpandey (lahir di Manado, 20 Juli 1975; umur 37 tahun) atau lebih dikenal dengan panggilan Chef Juna adalah seorang koki yang selama 12 tahun yang menghabiskan waktunya di luar negeri, Chef ini spesialis makanan Jepang dan Perancis. Dia mengaku masuk ke dunia kuliner karena suatu "kecelakaan" yang mana sebelumnya dia sempat mengikuti studi di Amerika untuk menjadi seorang pilot. Mungkin kurang lebih seperti itu data pertama yang aku dapatkan dari wikipedia.
Tapi sebenarnya yang menjadi sorotanku adalah bukan itu, ada hal lain yang mungkin menjadi sorotan banyak publik. Kalian pasti sudah tahu, bukan? Satu dari tiga juri pada ajang MasterChef ini memang nampak tidak pernah tersenyum. Terlihat mahal sekali senyum yang ia layangkan. Selain itu, dirinya juga selalu menampakkan kesan arogan dan bahkan jutek. Jujur saja, memang jelas sekali aku harus mengiyakan hal itu. Tapi, sepanjang mengikuti acara kontes masak itu, aku perlahan mulai sedikit tahu sosoknya. Bahkan aku sangat mengenal sosok lain seperti itu. Tidak lain dan tidak bukan adalah sosok senior-seniorku semasa aku berada di PASKIBRA. Aku tahu pasti apa yang mereka lakukan adalah semata-mata untuk membentuk pribadi orang lain jauh lebih baik. Bentakan, ucapan yang pedas, teguran dengan penggunaan kata-kata yang menghujan jantung tak jarang mereka layangkan untuk mental yang jauh lebih baik. Nah, itu mungkin yang Chef Juna inginkan dari pribadinya yang terkesan arogan dengan ucapannya yang pedas. Aku fikir dia itu orang profesional dengan apa yang ia pilih untuk menjadi seorang juri :)

2 komentar:

isadnjami mengatakan...

Aku juga setuju sama kamu. Memang mungkin bagi orang yg ngga paham akan berpendapat kalau beliau itu culas, judes, galak, ngga menghormati masakan orang, tapi aku yakin kalau beliau juga ngga mau kalo nanti chef yg menang adalah chef yg ngga berkualitas karena ngga "digembleng" dengan baik padahal persaingan dalam dunia memasak itu ketat banget.

Sabita Normaliya mengatakan...

iya, betul Tris.
aku suka banget dengan pribadinya yang seperti itu. bener-bener membentuk mental biar ga jadi mental tempe

Posting Komentar

 

Kembang Gula Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea