Januari 15, 2012

anak perempuan di mata orang tuaku

Diposting oleh Sabita Normaliya di 19.08

Kini usiaku sudah berkepala dua. Bukan usia yang muda lagi seperti dahulu manakala aku masih duduk di bangku sekolah dan menghabiskan banyak wantuku hanya untuk bermain dan juga melakukan hal-hal bodoh yang tidak seharusnya aku lakukan. Menyesal? Percuma. Menyesal hanya membuat waktuku tersita dan tidak ada yang bisa mengembalikan keadaan menjadi jauh lebih baik. Tapi sekarang aku harus berjanji pada diriku sendiri bawasannya aku harus menjadi pribadi yang lebih baik.

Masa muda tidak akan pernah terulang lagi. Masa-masa sekolah dimana kita bisa melakukan banyak hal, masa dimana kita seringkali tertawa, menangis, marah, dan bahkan sedih lantaran sakit hati. Begitu juga dengan masa sekolahku dahulu. Walaupun memang masa-masa antara aku dan juga sebagian besar temanku adalah berbeda.


Aku dan juga adikku adalah seorang anak yang kebetulan berada di keluarga yang cukup keras. Bagiku, ayah adalah pribadi yang cukup protektif terhadap kedua anaknya. Begitupun dengan ibu yang selalu dengan pertimbangan-pertimbangannya memutuskan "iya" atau "tidak" untuk memberi aku izin untuk keluar rumah. Inilah aku. Masa sekolahku bisa dibilang tidak jauh berbeda dengan sekarang ini, aku masih saja menjadi anak yang sangat di"eman-eman" bahkan bisa diibaratkan jangan sampai lecet sedikitpun.

Dulu aku sempat merasa betapa orang tuaku telah banyak merenggut kebahagiaanku. Kebahagiaanku dan juga teman-temanku rasanya hanya sebatas di sekolah. Tapi, selepas itu? Aku benar-benar merasakan aku ini memang terkurung dan terkekang. Keluar malam bersama teman-teman? Itu adalah satu hal yang mustahil dan bahkan bisa dibilang tidak akan pernah mungkin bagi seorang yang namanya Sabita. Lepas dari jam delapan malam, pagar rumahku sudah di gembok dan aku harus tidur. Begitulah kurang lebih aku di masa sekolah dulu. Terkadang aku ingin seperti teman-temanku yang lainnya. Menghabiskan malam pergantian tahun di suatu tempat dengan membakar jagung, tour ke pantai dengan bersepeda motor, dan banyak hal yang bisa mereka lakukan dengan bebasnya. Sementara aku? Kau cukup tahu siapa aku dan bagaimana kolotnya kedua orang tuaku. Bahkan untuk ikut kegiatan pecinta alampun ayah tidak mengizinkan aku.

Kalau dulu aku pernah berfikir sepicik itu, ternyata kini aku benar-benar telah sadar dan dibukakan mata. Aku telah salah menilai perlakuan ayah dan juga ibuku. Aku bahkan sangat yakin bahwa itu adalah salah satu cara mereka untuk menjaga anaknya. Akupun lantas sadar betapa ayah dan juga ibuku sangat menyayangi aku dan juga adikku. Kalaulah mungkin cara mereka pernah membuatku merasa dikekang, tapi kini adalah saat dimana aku harus berucap syukur memiliki orang tua seperti mereka.

1 komentar:

isadnjami mengatakan...

Jangankan jam 8, aku aja jam 6 sudah kena semprot sama orang tuaku. Hahaha
Memang, kalo dididik oleh orang tua penganut sistem kolot, pasti masih jauh lebih disiplin, ya. Tapi aku juga bersyukur karena dengan begitu, aku sekarang paham benar tentang apa yang mereka maksudkan begitu aku udah lepas jauh dari rumah. ^^

Posting Komentar

 

Kembang Gula Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea