Januari 13, 2012

Pengorbanan Orang Tua

Diposting oleh Sabita Normaliya di 19.08
Beberapa hari yang lalu aku menyaksikan tayangan televisi "Jika Aku Menjadi". Ya memang bisa dibilang kalau hampir setiap hari itulah yang menjadi tayangan televisi favoritku. Tapi, bagiku episode sore itu sangat menarik dan banyak memberikan aku pelajaran berharga. Jujur, aku sampai menitikan air mata.


Entah siapa nama bapak, ibu atau anak-anaknya, nampaknya aku sudah benar-benar lupa. Tapi yang jelas aku masih cukup ingat dengan ceritanya. "Jika Aku Menjadi" kala itu berlokasikan di Kabupaten Malang. Ya memang bisa dibilang tidak jauh dari tempat tinggalku. Bahkan dalam salah satu cuplikan ditayangkan keluarga mereka sempat mengunjungi sebuah arena wisata yang sangat dekat dengan rumahku, pemandian wendit. Ups, tapi bukan ini masalah yang sebenarnya ingin aku tuliskan di postingan kali ini. Inilah kisah hidup yang ingin aku bagikan.

Sebut saja keluarga Bapak X. Bapak X kesehariannya adalah seorang pembuat batu bata. Kalian tahu kan pekerjaan itu? Sebuah pekerjaan yang bisa dibilang berat, tapi upah yang didapatkan tidak sebanding dengan apa yang sudah dikerjakan. Entah apa jadinya kalau itu adalah ayahku. Betapa bersyukurnya aku manakala ayahku tidak harus bekerja sekeras Pak X. Ayahku memang bukan seorang direktur sebuah perusahaan besar yang dengan jabatannya itu bisa berongkang-ongkang kaki, berkemeja rapi, dan duduk manis di ruangan berpendingin. Tapi ayahku adalah seorang TNI, yang ya.....mungkin kalian juga tahu bagaimana kerjaan ayahku itu. Tapi bagaimanapun juga nampaknya aku harus banyak bersyukur dengan pekerjaan ayahku itu.

Pak X sebenarnya memiliki tujuh orang anak, tapi yang kini masih bersamanya ada empat orang anak yang masih duduk di bangku sekolah. Tapi, karena dengan keterbatasan ekonominya, salah seorang anaknya yang masih duduk di bangku kelas empat SD harus merelakan diri untuk berhenti sekolah dan bekerja serabutan untuk membantu bapak dan ibunya mencari sesuap nasi. Ketiga anak yang lainnya sudah berkeluarga dan hidup terpisah dengan bapak X. 

Tapi, semua cerita pahit ini berawal dari sini. Semua cerita tidak akan sepedih ini, manakala ibu dan bapak tidak menuruti keinginan anak keduanya untuk menjadi mantri. Tapi, bagaimanapun juga, orang tua akan selalu mengusahakan segala yang terbaik untuk anaknya, walaupun itu dengan cara yang sangat sulit. Sampai pada akhirnya rumah tempat tinggal yang mereka miliki harus rela dijual demi menyekolahkan anaknya. Dan kini setelah apa yang ia inginkan sudah berhasil ia genggam, ia menghilang seraya debu yang tertiup angin. Dia tidak pernah pulang, dan tak lantas memberi kabar. Dan sedihnya pernah satu kali ketika bapak jatuh sakit dan dilarikan ke rumah sakit, dengan wajah tanpa dosanya, si anak tidak mengakui bapaknya. Ya Allah, seperti inkah balasan atas pengorbanan bapak ibunya yang telah berjuang mati-matian untuk menyekolahkannya hingga cita-citanya tercapai?

0 komentar:

Posting Komentar

 

Kembang Gula Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea