Desember 02, 2011

my beloved uncle

Diposting oleh Sabita Normaliya di 11.28
Hidup ini kejam, terlebih bila harus hidup di kota orang. Kurang lebih begitulah yang bisa aku gambarkan betapa seseorang berusaha keras agar ia tetap bertahan dan tidak lantas menyerah dengan keadaan. Kawan, aku ingin bercerita sedikit tentang pamanku.


Pamanku yang tampan ini namanya Mahfud Rochman. Tapi hampir dari kami yang mengenalnya lebih suka memanggilnya "MAN", ya, begitulah sosok yang bagiku adalah seseorang yang sangat luar biasa. Semasa dia masih kecil, yang aku tahu dari cerita kakek-nenekku, man adalah seorang anak laki-laki yang luar biasa nakalnya. Bahkan bisa dibilang amit-amit kelewat batas. Tapi, beranjak SMA man mulai suka menyibukkan diri untuk ikut dengan club bola voli di sekolahnya. Namun sayangnya, hal itu tidak berlangsung lama. Namun, ia tidak lantas berputus asa dan ongkang-ongkang tanpa berbuat sesuatu. Dia yang aku kenal adalah orang yang suka belajar dengan hal-hal baru. Lebih dari hanya sekedar belajar, man boleh jadi bisa mencuri sekaligus bisa jauh lebih unggul dari orang yang dia ambil ilmunya. Usaha kerasnya itu tidak sia-sia. Setelah cukup lama belajar senam, berawal dari hanya sekedar iseng menyaksikan orang-orang senam, man tumbuh menjadi seorang instruktur senam dengan jam terbang tinggi. Jangan ditanyakan lagi berapa banyak prestasi yang ia torehkan semasa itu. Bahkan untuk menaruh pialanya pun rumah kakek-nenekku sudah tidak muat. Singkat cerita seperti itu awal dari karir pamanku.


Setelah ia bisa menamatkan dari sekolah atas biaya sendiri, nampaknya ia tidak cukup puas kalau hanya berdiam diri dan tetap tinggal di Malang. Baginya, hidup jauh dari orang tua akan membuatnya lebih baik. Dan sekitar tahun 1997, itu kalau perkiraanku tidak salah, man memutuskan untuk hijrah ke Jawa Tengah. Hari demi hari berlalu, bulan, tahun, dan tidak terasa kini sudah lebih dari sepuluh tahun pamanku meninggalkan kota Malang. Dia tidak lantas berpuas diri untu menetap di Solo, pada akhirnya pun ia juga pernah mengais rejeki di Bali. Bagiku, sebuah kisah yang inspirasional yang mampu aku sentuh dengan naluriku. Sebuah kisah dalam perjuangan hidup di kota orang.

Rindu itu kian menggelayuti. Aku tidak sedang ingin berpuisi, kawan. Hanya saja, aku ingin mengungkapkan betapa aku benar-benar rindu dengan pamanku. Sudah hampir satu tahun ini aku tidak bertemu dengan sosoknya, tidak pernah pula kudapati kabar walaupun itu dari telfon, sms, ataupun wall facebook. Bahkan, aku dan semua keluarga besar di Malangpun kini mulai kesulitan mencari tahu dimana man tinggal sekarang. Nomor telefon yang aku miliki, sekarang sudah tidak aktif. Akun facebook miliknya pun, mulai ia tinggalkan. Dan, entahlah kemana lagi aku harus mencari tahu dimana pamanku itu. Aku rindu dia Ya Tuhan... Semoga Kau sampaikan rindu ini pada dia yang entah aku sendiri tidak tahu dia dimana. Semoga jauh disana, Kau akan selalu melindunginya, AAMIIN

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Ai kamu akan selalu ada di hati man...damai di surga ya ai...man n yerma sangat merindukan mu...sayang ku ma yerma ga akan pernah hilang sampai kapan pun..i love u ai 🙏🙏😇😇😘😘😘

Posting Komentar

 

Kembang Gula Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea